Wednesday, August 31, 2011

In Memoriam, Vivilia Nusanta: Selamat Hari Menetas!

Vivilia Nusanta, Vie.

17 Mei 2011...
Siang itu gue buka Facebook via mobile phone. No notifications at all.
Kira-kira lima menit kemudian, gue (entah kenapa) buka lagi Facebook itu. There's a message from Thomas.
Thomas bilang lo masuk ICU. Panik, gue langsung kabarin semua anak-anak Rangers. Firasat gue ga enak, semua anak-anak gue minta harus dateng ke rumah sakit begitu urusan mereka masing-masing selesai.
Baru gue & Nuniek yang bisa langsung meluncur ke rumah sakit.
Allah baik banget, jalanan yang biasanya macet tiba-tiba lancar. Gue jemput Nuniek dulu yang lagi ngelatih Pasus.

Sampai di RSUD Cikaret...
Langit yang tadinya panas terik tiba-tiba mendung. Gerimis mulai turun.
Dan entah kenapa gue & Nuniek jalan buru-buru.

Di lorong ICU...
Ada bapak-bapak yang nahan langkah gue & Nuniek. Mereka tanya apa gue keluarga lo? Gue jawab iya.
Dia terus bilang lo udah ga ada. Gue ga ngerti. Kenapa lo ga ada?
Di dalam ruang tunggu ICU, gue lihat Thomas yang lagi nangis histeris. Dia teriak-teriak. Perasaan gue kacau.
Gue & Nuniek peluk Thomas, berusaha tenangin dia. Tapi detak jantung gue makin cepat. Dada gue sesak.
Ibu-ibu yang berusaha tenangin Thomas bilang, lo baru aja pergi. Kira0kira 10 menit sebelum kedatangan gue & Nuniek. Gue ga nangis. Gue diem dan bingung. Tapi cuma sesaat. Ga lama, pipi gue basah. Dada gue makin sesak. Hujan turun deras, akhirnya.
Gue mohon supaya bisa temuin lo. Gue mau masuk ke ruangan, tapi bapak-bapak yang temuin gue di depan tadi nahan gue. Dia bilang gue harus tunggu sampe tante datang. Ternyata tante baru aja pulang buat ganti baju.
Rasanya gue kesel ga boleh temenin lo di ruangan sana. Nafas gue ga beraturan. Pelupuk mata gue makin hangat dan pipi gue makin basah.
Thomas terus teriak, mengumpat Tuhan, memaki dan menyalahi dirinya sendiri, bahkan Thomas minta Tuhan ambil nyawanya. Gue bilang, "Tuhan ga jahat, Tuhan sayang lo makanya dia ambil lo dari kita. Tuhan pasti ga mau lo terus sakit." Walaupun gue juga punya banyak pertanyaan saat itu. Tapi gue tetep yakin, Allah ga jahat.
Beberapa menit kemudian ada perawat keluar dari ruang ICU dan tanya siapa di antara kami yang termasuk keluarga lo, selain Thomas. Gue langsung maju. Perawat itu minta gue urus beberapa administrasi dan obat-obatan yang belum sempet lo gunain.
Sambil tunggu tante datang, gue urus yang gue bisa. Gue & Nuniek juga berusaha telepon anak-anak lain.
Setelah beberapa obat gue ambil, gue diizinin buat masuk ruangan. Pake baju steril, kaya yang waktu itu gue pake waktu pertama lo masuk ICU.
Di sana, di tempat tidur rumah sakit, lo tidur ditutup kain putih. Gue berusaha nahan nangis, tapi air mata gue terus ngalir. Dada gue juga makin sesak.
Gue buka kain di wajah lo. Lo tidur.
Terus, gue pinjem buku Yassin ke perawat. Tapi sebelumnya, dokter kasih penjelasan ke gue tentang penyakit lo. Katanya, lo mengalami kelainan jantung which is beberapa ibu hamil juga mengalaminya dan perlu penanganan khusus. Gue cuma diem dengerin dokter itu explain.
Gue balik ke tempat lo. Duduk, dan ngaji. Gue tarik nafas dalam-dalam dan berusaha tenang waktu ngaji. Tapi baru Bismillah aja gue udah nangis lagi. Maaf..
Gue terus ngaji walau sambil terputus-putus nahan air mata. Sambil ngaji, gue belai-belai rambut lo. Hujan terus turun di luar sana. Lo makin lelap. Gue liat itu.
Selesai ngaji, gue terus ada di samping lo. Gue terus belai rambut & wajah lo. Lo pasti masih inget apa aja yang gue ucapin saat itu, gue sayang lo.
Ga lama, om dan tante datang. Mereka berdua basah kuyup. Tante peluk gue sebentar terus mereka bergantian peluk lo. Lo juga pasti inget apa aja yang tante dan om ucapin.
Tante tegar, om nangis. Itu pertama kalinya gue lihat sisi lain dari om, papa lo. Saat itu gue tau dan yakin, he loves u so deeply, as u feel for him.
Gue keluar, membiarkan kalian bertiga berkumpul sejenak. Sementara gue & Nuniek urusin lagi administrasi yang belum selesai tadi. Thomas mulai sedikit tenang. Ga benturin kepala lagi ke lantai. Gue & Nuniek pergi shalat Ashar.
Menyusul, kedatangan Vito. Thomas nangis lagi, Vito juga. Terus gue gendong Vito keluar. Untuk pertama kalinya gue gendong dia. Tapi cuma sebentar karena Vito nangis lagi. Tantenya Thomas yang akhirnya gendong dia.
Gue sama tante urus ambulans buat bawa lo pulang ke rumah.
Di ambulans, gue & tante duduk di depan. Lo di belakang, ditemenin om. Sepanjang jalan tante ga nangis. Gue juga berusaha nahan nangis tapi susah banget.
Sampai di rumah, udah Maghrib. Rumah lo ramai sama tetangga yang udah siap bantu pemakaman. Alhamdulillah, mereka baik banget.
Proses demi proses dilaluin. Gue liat, lo tidur nyenyak.
Rangers lengkap. Jarang-jarang bisa kumpulin mereka dalam waktu bersamaan. Ironis, kita lengkap di hari kepergian lo. Seolah lo tau, bahwa kami harus ada di saat terakhir lo.
Kami antar lo ke tempat peristirahatan terakhir. Malam itu, bukan cuma Rangers yang datang. Banyak Vie, banyak. Semua sahabat lo datang. Wish u saw it.
Gue tau kita ga boleh nangis waktu pemakaman. Tapi rasanya mustahil buat gue nahan air mata. Mata gue bengkak karena seharian nangis. Maaf ya, Vie...

31 Agustus 2011...
Hari ini Idul Fitri 1432 H, bertepatan sama hari jadi lo. Andai lo masih di sini, usia lo 23 tahun. Selamat ya, Vie.
Ini hari yang istimewa. Semoga keistimewaan lo rasakan di sana. Di tempat lo berada sekarang.
Maaf, kalau selama jadi sahabat lo gue ga jadi sahabat terbaik dan ga selalu ada di samping lo. terutama di saat-saat terakhir lo.
Satu hari nanti, semoga kita bisa ketemu lagi di sana.

Oya, sekarang Thomas punya beberapa wirausaha, termasuk lele. He's goin' move on, Alhamdulillah . Vito juga udah bisa jalan. Gue berhasil gendong dia dan main sama dia. Even dia mau cium tangan gue! Sementara om dan tantenya yang lain belum ada yang berhasil. Hehe. Dia jagoan kecil yang akan jadi sehebat lo, Bundanya.
CU later, darl.
*big hug n kiss for Vivilia Nusanta.
Friendship has no end! :')

No comments:

Post a Comment